๐ง๐๐๐๐๐ฅ ๐ญ๐๐ช๐๐๐ ๐๐ง๐จ ๐๐๐'๐๐
๐ง๐๐๐๐๐ฅ ๐ญ๐๐ช๐๐๐ ๐๐ง๐จ ๐๐๐'๐๐
๐ง๐๐๐๐๐ฅ ๐ญ๐๐ช๐๐๐ adalah takbir tambahan pada sholat Ied yang biasa dilakukan oleh umat Islam rokaat pertama 7 kali takbir dan rokaat kedua 5 kali takbir.
Sebenarnya takbir zawaid itu banyak versinya, diantaranya :
- ada yang 7 takbir dan 5 takbir
- ada yang 4 takbir dan 4 takbir
- ada juga yang 6 takbir dan 3 takbir
๐ง๐ฒ๐๐ฎ๐ฝ๐ถ ๐๐ฒ๐บ๐๐ฎ๐ป๐๐ฎ ๐ฑ๐ต๐ผ๐ถ๐ณ ๐๐ฒ๐ฐ๐ฎ๐ฟ๐ฎ ๐ฟ๐ผ๐๐ถ ๐ท๐ฎ๐ฑ๐ถ ๐๐ถ๐ฑ๐ฎ๐ธ ๐ฏ๐ถ๐๐ฎ ๐ฑ๐ถ๐ฎ๐บ๐ฎ๐น๐ธ๐ฎ๐ป
Hadits tersebut adalah hadits dhoif (bukan dari Rasululah) , hadits tersebut dhoif sebab :
1. Ash Shan'ani mengemukakan dalam "syarah bulughul marom Subulussalam" tentang hadits Amr bin Syu'aib sebagai berikut :
Hadits takbir 7 dan 5 kali yang diriwayatkan dari jalan Amr bin Syu'aib itu hadits lemah, tidak boleh di pakai
Sanadnya begini : nama lengkapnya Amr bin Syu'aib bin Muhammad bin Abdulloh bin Amr bin Ash. Yang menjadi persoalan adalah kata gantinya yang ada pada datoknya. Kata-kata ini dapat di kembalikan kepada Amr dan dapat dikembalikan kepada Syu'aib. Kalau di kembalikan kepada Amr maka datok Amr adalah Muhammad, kalau dikembalikan kepada Syu'aib maka datok Syu'aib adalah Abdulloh.
Kalau ditunjukkan kepada nabi Muhammad, maka riwayat itu mursal karena datoknya tidak tahu nabi Muhammad.
Kalau ditunjukkan kepada Abdulloh, maka dituntut Syu'aib diriwayatkan dari datoknya Abdulloh maka Syu'aib tidak tahu datoknya, maka melihat illat inilah Bukhori dan muslim tidak meriwayatkan haditsnya
Ibn Hajar berkata didalam "Bulughul marom" Bahwa : Imam Tirmidzi telah menuqil dari Imam Bukhari akan kesahihan hadits Amr bin Syu'aib itu bohong.
๐๐ฒ๐๐ถ๐บ๐ฝ๐๐น๐ฎ๐ป : แดษชแดแด สแดสแด๊ฑ แดแดแดสแดสษชแดแดษด ๊ฑสแดสแดแด ษชแดแด แดแดแดแดแด แด แดแดแดแดแด สแดษดษข แด๊ฑแดส สแดษชแดแด แด แดแด สแดแดแด'แดแด แด แดษดษขแดษด ๊ฑแดแดแด แดแดแดสษชส, แดษชแดแด แดษชษดษขษขแดสแดแดษด สษชแดกแดสแดแด-สษชแดกแดสแดแด สแดแด ษชแด๊ฑ แดแดแดสษชส 7 แด แดษด 5 ษชแดแด. แดแดสแดษดแด แดแดแดสษชส แด ษช สแดแดแด'แดแด แดแดสแดแดแดแด 7 แดแดสษช แด แดษด แด ษช สแดแดแด'แดแด แดแดแด แดแด 5 แดแดสษช แดสแด๊ฑแดษด แดสแดแด ษชสแดส (ษชสแดแด แดส). แดสแด๊ฑแดษด แดสแดแด ษชสแดส, แดแดสแดแด แดษชแด แดแด แดแด แด แดแดแดแดสแดษดษขแดษด แด แดสษช สแดแด ษชแด๊ฑ ๊ฑแดสษชส แดแดสแดแดสแดแดสแดส ษชแด, ๊ฑแดสแดษขแดษชแดแดษดแด แดแดแดแด สแด๊ฑแดสแดสสแดส
ู َْู ุฃَุญْุฏَุซَ ِูู ุฃَู ْุฑَِูุง َูุฐَุง ู َุง َْููุณَ ู ُِْูู ََُููู ุฑَุฏٌّ
Artinya : siapa saja yang membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan dien) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak
(HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718)
Berhubung dengan adanya hadits tersebut di atas, maka perbuatan takbir hari raya, di roka'at pertama takbir 7 kali dan di roka'at kedua takbir 5 kali itu bid'ah karena hadits-haditsnya lemah
Komentar
Posting Komentar