Shoum enam syawal

 Shoum Enam Hari Syawal

 I. Shohih Muslim : I : 522 : 204 :

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوْبَ وَ قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيْدٍ وَ عَلِيُّ بْنُ جُحْرٍ جَمِيْعًا عَنْ إِسْمَاعِيْلَ قَالَ ابْنُ أَيُّوْبَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيْلُ بْنُ جَعْفَرٍ أَخْبَرَنِى سَعْدُ بْنُ سَعِيْدِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتِ بْنِ الْحَارِثِ الْخَزْرَجِيِّ عَنْ أَبِى أَيُّوْبَ اْلأَنْصَارِيِّ ر.ع. أَنَّهُ حَدَّثَهُ أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ ص.م. قَالَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ.
Bercerita kepada kami Yahya bin Ayyub dari Qutaibah bin Sa’id dan Ali bin Hujr semuanya, dari Isma’il, Ibnu Ayyub berkata: “Bercerita kepada kami Isma’il bin Ja’far, bercerita kepada saya Sa’ad bin Sa’id bin Qois dari Umar bin Tsabit Bin Al-Harits Al-Khozroji, dari Abi Ayyub Al-Anshory ra, sesungguhnya ia menceritakan bahwa Rosululloh SAW. berkata: “Siapa saja yang shoum pada bulan Romadhon kemudian ia mengikutkannya dengan enam hari dari bulan Syawal, maka sama dengan shoum setahun”.

II. Susunan Sanad:
1. Muslim, 2. dari Yahya bin Ayyub, dari Qutaibah bin Sa’id, dari Ali bin Hujer, 3. dari dari Isma’il, 4. dari Sa’ad bin Sa’id bin Qois, 5. dari Umar bin Tsabit bin Harits Al-Khozroji, 6. dari Abi Ayyub Al-Anshori, 7. dari Rosululloh SAW.
III. Hadits tersebut di komentari dalam kitab :
1. Mizanul I’tidal : II : 120 :
فِيْهِ سَعْدُ بْنُ سَعِيْدِ بْنِ قَيْسٍ ضَعَّفَهُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ.
Didalam hadits tersebut ada sanad yang bernama Sa’ad bin Sa’id bin Qois, Ahmad bin Hambal mendhoifkan dia.
2. Mizanul I’tidal : II : 120 :
وَ قَالَ النَّسَائِيُّ لَيْسَ بِالْقَوِيِّ.
Imam Nasa’i berkata: “Hadits tersebut tidak kuat”.
3. Muwatho Syarh Az-Zarqoni : II : 202 :
قَالَ يَحْيَى وَ سَمِعْتُ مَالِكًا يَقُوْلُ فِي صِيَامِ سِتَّةِ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ أَنَّهُ لَمْ يَرَ أَحَدًا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ وَ إِنَّ أَهْلَ الْعِلْمِ وَ الْفِقْهِ يَصُوْمُهَا وَلَمْ يَبْلُغْنِى ذَلِكَ عَنْ أَحَدٍ مِنَ السَّلَفِ وَ إِنَّ أَهْلَ الْعِلْمِ يَكْرَهُوْنَ ذَلِكَ وَ يَخَافُوْنَ بِدْعَتَهُ وَ إِنْ رَأَوْا فِي ذلِكَ رُخْصَةً عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ وَ رَأَوْهُمْ يَعْمَلُوْنَ ذَلِكَ.
Yahya berkata: “Aku mendengar Imam Malik berkata tentang shoum enam hari setelah Iedul Fitri pada bulan Romadhon, bahwa beliau tidak melihat seorangpun ahli ilmu dan ahli fiqih melakukan shoum tersebut dan tidak sampai riwayat kepadaku dari seorangpun Ulama Salaf tentang hal tersebut dan sesungguhnya para ahli ilmu memakruhkan hal itu, serta mereka khawatir menjadi bid’ah, dan hanya orang-orang bodoh dan keras hati(saja) yang menghubung-hubungkan shoum di luar Romadhon dengan shoum Romadhon, seandainya (ahli ilmu) melihat hal tersebut suatu rukhshoh/kebolehan pastilah mereka mengamalkan hal tersebut”.
Keterangan :
  1. Menurut Imam Ahmad bin Hambal (di dalam Mizanul I’tidal : II : 120), sanad hadits nomor 4 (Sa’ad bin Sa’id bin Qois) adalah sanad yang dhoif.
  2. Kata Imam Nasai (Mizanul I’tidal : II : 120), hadits shoum Syawal adalah tidak kuat.
  3. Kata Imam Malik (Muwatho) ahli ilmu pada zamannya termasuk juga ahli fiqih, riwayat tersebut tidak sampai dari seorangpun Ulama Salaf sehingga mereka tidak mengamalkannya.
  4. Kita juga harus mengetahui tentang cara mengambil jalan keluar dari kemelut tentang shohih atau tidaknya suatu hadits jika dipermasalahkan oleh para ahli, yaitu :              

 الْجَرْحُ مُقَدَّمٌ عَلَى التَّعْدِيْل  

     “Cacat harus diutamakan dari pada adil /yang menganggap shohih”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perempuan itu wajib Sholat Jumat

Dampak demokrasi terhadap Islam

Cara mendapatkan ketenangan?