Demokrasi itu kesyirikan?
AKTUALISASI SYAHADATAIN
Kategori : Aqidah
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) Dien (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu siapa saja yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Alloh, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Alloh yang paling sangat mendengar lagi paling sangat Mengetahui. ( Q.S. 2 : 256 ).
Setelah mengucapkan syahadat, kita diterima Alloh sebagai hamba-Nya. Dengan demikian, kita termasuk orang yang akan mendapatkan kasih sayang Alloh, karena kita telah menjadi saudara dari sekian orang yang sama – sama mengucapkan syahadat walaupun pada waktu yang tidak bersamaan.
Didalam Islam tidak ada paksaan kepada seseorang untuk masuk kedalamnya, namun ketika seseorang masuk menjadi keluarga dalam Islam, orang tersebut harus tha’at dan patuh terhadap peraturan dan perundang – undangan yang sudah ditentukan oleh Alloh dan Rosul- Nya.
Maka seseorang yang sudah mengucapkan syahadat, tidak bisa tinggal diam, seperti keadaanya sebelum masuk Islam. Dalam Islam dia harus menunjukan prestasi dan menjadi hamba Alloh, bukan hamba yang lain. Dengan demikian dia harus mengabdi hanya kepada Alloh.
Dalam hal ini banyak orang yang salah paham. Setelah mengucapkan syahadat, dia menjadi tenang hingga tidak perlu melakukan hal yang diwajibkan oleh Islam. Lantaran dia berpegang pada dongen para Ulama, bahwa seseorang yang mengucapkan syahadat akan masuk Surga.
Kaidahnya memang demikian, seseorang yang sudah mengucapkan syahadat pasti masuk Syurga. Namun harus disertai dengan sikap dan tindak tanduk yang konsekwen dari apa yang diucapkannya itu, maksudnya dia harus benar – benar mengakui, bahwa tidak ada yang benar kecuali kebenaran yang datang dari Alloh dan Rosul- Nya.
Ini yang digambarkan dalam Al- Qur’an :
… Ingatlah menciptakan dan memerintah adalah hak Alloh. Yang paling sangat suci Alloh Robb semesta alam. (QS.7:54)
Dan dalam ayat yang lain Alloh berkalam :
Katakanlah: “Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata (Al Quraan) dari Robbku, sedang kamu mendustakannya. Tidak ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya.Menetapkan hukum itu hanyalah hak Alloh. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik.(Q.S.6:57)
Pernyataan Alloh di atas menggambarkan kita bahwa, kita harus percaya dan meyakini, tidak ada yang patut didengar kecuali Alloh. Dalam pengamalannya, kita akan berhadapan dengan sistem demokrasi. Ini ideologi produk barat, mereka sangat mengagungkannya. Prinsipnya mengakui suara terbanyak, lewat suatu badan permusyawaratan. Ini berarti, mempunyai haq dalam membuat syari’at, sama halnya menandingi kekuasaan Alloh. Kaitannya dengan kita, jika kita mengikuti, mengakui, dan menyetujui adanya demokrasi berarti kita menyetujui dan mengakui adanya tandingan dan sekutu selain dari Alloh. Hal ini termasuk dalam kategori syirik.
Lewat pengakuan, perbuatan, dan perjuangan kita yang ikhlas kepada Alloh, maka jauhkanlah dari benak kita pikiran-pikiran yang akan membuat kita manjadi musyrik. Ini membuktikan bahwa membaca dan mengucapkan syahadat saja tidak cukup menjamin kita masuk Surga, untuk itu, kita di tuntut untuk konsekwen dengan apa yang sudah kita ucapkan dan ikrarkan. Kita harus menjadi mukmin yang kuat, karena hal ini lebih disukai Alloh. Mukmin yang istiqomah dalam menegakan hukum dan ketentuan Alloh, resiko apapun yang akan terjadi harus kita hadapi dengan perasaan ikhlas dan mengharapkan ridho Alloh semata.
Mengucapkan syahadat berarti berhadapan dengan segala macam ideologi yang menyesatkan, kekuasaan yang ditegakkan bukan untuk kepentingan Alloh, penguasa yang menolak kekuasaan Alloh setelah menghadapi resiko besar yang di sediakan Alloh, maka kitapun akan mendapatkan bagian yang besar pula yang sudah dijanjikannya. Namun perjuangan kita bukanlah atas dasar sesuai janji yang diberikan Alloh, tapi semata – mata mengharap ridho Alloh.
Sedangkan orang yang mengucapkan syahadat tanpa konsekwensi dalam pengalamannya, sebenarnya ia tidak mengenal Alloh. Sebagaimana Alloh berkalam :
Mereka tidak mengenal Alloh dengan sebenar – benarnya. Sesungguhnya Alloh benar-benar yang paling sangat kuat lagi paling sangat perkasa. (Q.S.22:74).
Orang-orang yang mengenal Alloh dengan pengamalan yang keliru hanya beriman kepada sebagian isi kitab saja. Amaliyahnya sama dengan perbuatan orang Islam yang lain, dia mendirikan sholat, membayar zakat, shoum dan menunaikan ibadah haji, namun dengan cara-cara yang dibuat sendiri. Maksudnya tidak mengikuti ketentuan yang telah dibuat oleh Alloh SWT dan di contohkan Rosul-Nya. Inilah pengamalan yang keliru. Sebagaimana yang Alloh berikan permisalannya sebagai berikut :
Katakanlah: “Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Alloh). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud,. (Q.S.17:107).
Alloh sangat tegas dalam hal ini ketika mensikapi hambanya yang masih ragu akan kebenaran. Namun masih saja tidak percaya pada ketegasan Alloh. Kita masih saja setengah – setengah dalam mengimani Al- Qur’an, hingga tidak mengakui isi Al- Qur’an yang lainnya. Kecenderungan kita mengimani Al- Qur’an hanya ayat-ayat yang sifatnya menguntungkan semata, padahal pada ayat yang berhadapan dengan resiko seringkali kita mundur dan takut.
Tidak percuma Alloh menyebut kita sebagai kholifatu filardhi. Untuk itu, kita harus menjaga amanat tersebut dengan bersikap tegas, harus konsekwen dengan ikrar syahadat kita. Dengan demikian, kita bisa masuk kedalam Islam secara keseluruhan.
“Hai Orang-orang yang beriman masuklah kalian kedalam Islam secara keseluruhan dan janganlah mengikuti langkah-langkah syaiton, sesungguhnya syaiton itu musuh yang nyata bagimu”.( QS.2:208 )
Wallohu`alam.
Komentar
Posting Komentar